PROPERTI OPTIMISTIS DI PEMERINTAH JOKOWI
19 Oktober 2014 09:47:00 WIB
WE Online, Jakarta- Pelaku pasar menyadari bahwa perlambatan pertumbuhan sektor properti yang terjadi pada tahun 2014 bakal bangkit di bawah kepemimpinan Joko Widodo, terutama pada tahun 2015.
Hal itu dipaparkan, antara lain oleh konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle (JLL) yang menyatakan sentimen dari pasar properti di tingkat global bakal positif pada pemerintahan mendatang.
"Pelaku sektor properti optimistis pada tahun mendatang di bawah kepemimpinan presiden baru," kata Country Head JLL Indonesia Todd McLauchlan di Jakarta, Rabu (15/10).
Menurut dia, hal itu antara lain didukung dengan kepercayaan terhadap Jokowi dengan wacana reformasi di berbagai sektor dan regulasi yang diyakini dapat memajukan properti nasional.
Adanya wacana kepemilikan asing, misalnya, dinilai dapat memberikan peluang pasar properti Indonesia bersaing dengan properti di tingkat kawasan regional.
"Presiden baru dilihat akan probisnis dan mendorong investasi," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa pelaku properti juga telah menunjukkan sentimen positif terhadap hasil Pemilu 2014.
Sementara itu, Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto berpendapat meski keadaan tiga kuartal pertama pasar properti dibayangi pertumbuhan yang relatif lambat, para pebisnis properti dan pengembang masih berpandangan positif.
Pandangan positif tersebut, menurut Vivin Harsanto, baik untuk melakukan investasi di sektor properti periode jangka menengah maupun jangka panjang.
Jones Lang LaSalle mengingatkan relatif banyak merek terkemuka di tingkat internasional yang berminat memasuki pasar ritel di Indonesia yang dinilai memiliki prospek pasar yang positif.
"Banyak 'brand' (merek) internasional yang tertarik untuk masuk," kata Vivin Harsanto.
Meski ada kebijakan moratorium atau penghentian pembangunan mal di Jakarta, menurut dia hal itu memiliki dampak positif karena berkembangnya pusat perbelanjaan di daerah sekitar wilayah Ibu Kota.
Ia mencontohkan perusahaan manufaktur perabot asal Swedia, Ikea, yang membuka ritel di kawasan Alam Sutera, Serpong Utara, dan Tangerang Selatan.
"Dengan kondisi ekonomi, tidak mengurangi minat berinvestasi, tetapi hanya berhati-hati," katanya.
Para peritel, ujar dia, masih berhati-hati dalam melakukan perluasan usaha mengingat kondisi ekonomi yang terjadi. Namun, masih memberikan persepsi yang positif pada tahun 2015.
Konsultan properti internasional lainnya, Cushman & Wakefield menyatakan pasar ritel di wilayah DKI Jakarta pada Kuartal III tahun 2014 masih mengalami perlambatan pertumbuhan pasokan.
"Pasar ritel di Jakarta masih akan mengalami perlambatan pertumbuhan pasokan," kata Head of Research Cushman & Wakefield Arief Rahardjo.
Hal itu, ujar dia, mengakibatkan pengembangan pusat perbelanjaan akan menyebar ke daerah-daerah sekitar Jakarta, yakni banyak proyek perumahan sedang dikembangkan.
Selain itu, lanjutnya, perlambatan pertumbuhan pasokan properti ritel juga dinilai sebagai akibat dari moratorium pusat perbelanjaan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Ibu Kota.
Untuk pasokan ritel, dia memperkirakan Pasar Grosir Metro Cipulir akan memasuki pasar pada akhir tahun 2014, sementara perluasan Central Park dan Lippo Mall Puri the St Moritz diharapkan beroperasi pada tahun 2015.
Begitu pula, dengan subsektor properti hotel, Cushman & Wakefield menyatakan berbagai perusahaan operator hotel internasional akan terus mengembangkan ekspansinya di Indonesia hingga 2018.
"Jaringan hotel internasional akan terus berencana membuka hotel segmen ekonomis sampai dengan mewah di Jakarta sampai 2018," kata Head of Research Cushman & Wakefield Arief Rahardjo.
Menurut dia, hal itu menyusul peningkatan permintaan dari kalangan pelancong bisnis yang makin kerap menyambangi Ibu Kota.
Selain itu, lanjut dia, permintaan yang tinggi untuk akomodasi ekonomis juga mendorong operator hotel mempertimbangkan operasi dari lebih banyak hotel segmen ekonomis.
Dengan demikian, hotel bintang 3 dan 4 diperkirakan bakal berkontribusi hingga sekitar 82 persen dari pasokan yang akan datang, sementara beberapa merek hotel mewah juga akan masuk ke dalam pasar Indoensia dalam empat tahun ke depan.
Berdasarkan data Cushman & Wakefield, dengan total pasokan yang diharapkan sebesar 8.000 kamar hotel, jumlah passokan kamar hotel bintang 3--5 di Jakarta diperkirakan mencapai hingga sebesar 36.000 kamar pada tahun 2018.
Permasalahan Infrastruktur Cushman & Wakefield juga menyebutkan bahwa permasalahan infrastruktur yang minim dan tidak memadai dapat menghambat pertumbuhan properti yang berkontribusi besar bagi perekonomian.
"Saya pikir pemerintah Indonesia memiliki persoalan yang harus dipecahkan, khususnya mengenai infrastruktur," kata Managing Director Cushman & Wakefield Indonesia David Cheadle di Jakarta, Selasa (14/10).
Menurut dia, permasalahan infrastruktur sebenarnya juga dihadapi oleh negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina.
Namun, dia juga mengatakan bahwa Indonesia seperti berbagai negara lainnya, yaitu Vietnam dan Filipina, bakal menjadi sasaran investor properti internasional.
"Negara-negara Vietnam, Indonesia, dan Filipina adalah pasar yang sedang bertumbuh secara pesat di dunia berdasarkan prospek perekonomian dan demografi mereka," katanya.
Ia memaparkan perekonomian ketiga negara tersebut memiliki populasi total hampr mencapai 430 juta jiwa, dan memiliki pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga rata-rata sebesar 6--7 persen setiap tahunnya pada periode 2008--2013.
Apalagi, dianggap sebagai satu negara, menurut dia, ketiga negara tersebut akan menduduki posisi ke-12 negara dengan tingkat perekonomian yang terbesar dengan perkiraan PDB yang secara total mencapa 1,8 triliun dolar AS pada tahun 2014.
"Dengan tingkat risiko yang relatif terkontrol, kondisi VIP siap untuk pertumbuhan ekonomi yang cepat dan akan membuat PDB total mereka mencapai 5 triliun dolar AS pada tahun 2025," tuturnya.
Sementara itu, Managing Director Cushman & Wakefield Asia Pacific Sigrid Zialcita mengatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang menawarkan prospek investasi yang menarik.
Selain itu, ujar Sigrid Zialcita, Indonesia juga termasuk negara yang dinilai bakal membentuk kelompok konsumen yang berdaya beli tinggi.
"Kami percaya modal asing akan terus masuk untuk mendapatkan keuntungan dari adanya kecenderungan fondasi yang kuat, khususnya potensi tingkat pengembalian yang tinggi," ucap Sigrid.
Sebelumnya, lembaga swadaya masyarakat Indonesia Property Watch memperkirakan pasar properti di Tanah Air bakal melambat sampai akhir tahun 2014 karena pasar dinilai masih mencari titik keseimbangan baru.
"Sampai akhir tahun 2014 diperkirakan pasar akan mengalami perlambatan meski proses transisi ke pemerintahan baru relatif berjalan lancar," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, Senin (13/10).
Menurut Ali, perlambatan tersebut dinilai lebih karena pasar perumahan saat ini masih mencari bentuk keseimbangan baru, terutama setelah terjadi percepatan pasar properti yang signifikan dua tahun terakhir.
Ia mengingatkan kenaikan harga tanah yang terjadi dalam dua sampai tiga tahun belakangan membuat para pengembang nisbi "terjebak" dengan patokan harga yang sudah tinggi.
Selain itu, Indonesia Property Watch mengatakan sektor properti di Indonesia bagian timur telah melaju pesat mengejar wilayah barat, khususnya dalam bidang pembangunan properti bisnis.
"Di Indonesia bagian timur ternyata malah menunjukkan perkembangan yang cukup baik mengejar ketinggalannya setelah perkembangan properti wilayah barat sempat melejit," kata Direktur Indonesia Property Watch Ali Tranghanda.
Menurut Ali Tranghanda, pesatnya perkembangan properti itu misalnya di Surabaya (Jawa Timur) dan Makassar (Sulawesi Selatan) yang masih berpeluang untuk sektor komersial.
Namun, ketika sebuah wilayah mempunyai potensi, menurut dia, biasanya fenomena latah akan kembali muncul dengan banyaknya investor yang ikut masuk ke sektor yang sama di wilayah yang sama.
"Waspada akan batasan limitasi pasar seharusnya menjadi pertimbangan sehingga pasar properti lebih sehat dan solid," katanya. (Ant)
Hal itu dipaparkan, antara lain oleh konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle (JLL) yang menyatakan sentimen dari pasar properti di tingkat global bakal positif pada pemerintahan mendatang.
"Pelaku sektor properti optimistis pada tahun mendatang di bawah kepemimpinan presiden baru," kata Country Head JLL Indonesia Todd McLauchlan di Jakarta, Rabu (15/10).
Menurut dia, hal itu antara lain didukung dengan kepercayaan terhadap Jokowi dengan wacana reformasi di berbagai sektor dan regulasi yang diyakini dapat memajukan properti nasional.
Adanya wacana kepemilikan asing, misalnya, dinilai dapat memberikan peluang pasar properti Indonesia bersaing dengan properti di tingkat kawasan regional.
"Presiden baru dilihat akan probisnis dan mendorong investasi," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa pelaku properti juga telah menunjukkan sentimen positif terhadap hasil Pemilu 2014.
Sementara itu, Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto berpendapat meski keadaan tiga kuartal pertama pasar properti dibayangi pertumbuhan yang relatif lambat, para pebisnis properti dan pengembang masih berpandangan positif.
Pandangan positif tersebut, menurut Vivin Harsanto, baik untuk melakukan investasi di sektor properti periode jangka menengah maupun jangka panjang.
Jones Lang LaSalle mengingatkan relatif banyak merek terkemuka di tingkat internasional yang berminat memasuki pasar ritel di Indonesia yang dinilai memiliki prospek pasar yang positif.
"Banyak 'brand' (merek) internasional yang tertarik untuk masuk," kata Vivin Harsanto.
Meski ada kebijakan moratorium atau penghentian pembangunan mal di Jakarta, menurut dia hal itu memiliki dampak positif karena berkembangnya pusat perbelanjaan di daerah sekitar wilayah Ibu Kota.
Ia mencontohkan perusahaan manufaktur perabot asal Swedia, Ikea, yang membuka ritel di kawasan Alam Sutera, Serpong Utara, dan Tangerang Selatan.
"Dengan kondisi ekonomi, tidak mengurangi minat berinvestasi, tetapi hanya berhati-hati," katanya.
Para peritel, ujar dia, masih berhati-hati dalam melakukan perluasan usaha mengingat kondisi ekonomi yang terjadi. Namun, masih memberikan persepsi yang positif pada tahun 2015.
Konsultan properti internasional lainnya, Cushman & Wakefield menyatakan pasar ritel di wilayah DKI Jakarta pada Kuartal III tahun 2014 masih mengalami perlambatan pertumbuhan pasokan.
"Pasar ritel di Jakarta masih akan mengalami perlambatan pertumbuhan pasokan," kata Head of Research Cushman & Wakefield Arief Rahardjo.
Hal itu, ujar dia, mengakibatkan pengembangan pusat perbelanjaan akan menyebar ke daerah-daerah sekitar Jakarta, yakni banyak proyek perumahan sedang dikembangkan.
Selain itu, lanjutnya, perlambatan pertumbuhan pasokan properti ritel juga dinilai sebagai akibat dari moratorium pusat perbelanjaan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Ibu Kota.
Untuk pasokan ritel, dia memperkirakan Pasar Grosir Metro Cipulir akan memasuki pasar pada akhir tahun 2014, sementara perluasan Central Park dan Lippo Mall Puri the St Moritz diharapkan beroperasi pada tahun 2015.
Begitu pula, dengan subsektor properti hotel, Cushman & Wakefield menyatakan berbagai perusahaan operator hotel internasional akan terus mengembangkan ekspansinya di Indonesia hingga 2018.
"Jaringan hotel internasional akan terus berencana membuka hotel segmen ekonomis sampai dengan mewah di Jakarta sampai 2018," kata Head of Research Cushman & Wakefield Arief Rahardjo.
Menurut dia, hal itu menyusul peningkatan permintaan dari kalangan pelancong bisnis yang makin kerap menyambangi Ibu Kota.
Selain itu, lanjut dia, permintaan yang tinggi untuk akomodasi ekonomis juga mendorong operator hotel mempertimbangkan operasi dari lebih banyak hotel segmen ekonomis.
Dengan demikian, hotel bintang 3 dan 4 diperkirakan bakal berkontribusi hingga sekitar 82 persen dari pasokan yang akan datang, sementara beberapa merek hotel mewah juga akan masuk ke dalam pasar Indoensia dalam empat tahun ke depan.
Berdasarkan data Cushman & Wakefield, dengan total pasokan yang diharapkan sebesar 8.000 kamar hotel, jumlah passokan kamar hotel bintang 3--5 di Jakarta diperkirakan mencapai hingga sebesar 36.000 kamar pada tahun 2018.
Permasalahan Infrastruktur Cushman & Wakefield juga menyebutkan bahwa permasalahan infrastruktur yang minim dan tidak memadai dapat menghambat pertumbuhan properti yang berkontribusi besar bagi perekonomian.
"Saya pikir pemerintah Indonesia memiliki persoalan yang harus dipecahkan, khususnya mengenai infrastruktur," kata Managing Director Cushman & Wakefield Indonesia David Cheadle di Jakarta, Selasa (14/10).
Menurut dia, permasalahan infrastruktur sebenarnya juga dihadapi oleh negara-negara berkembang lainnya di kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina.
Namun, dia juga mengatakan bahwa Indonesia seperti berbagai negara lainnya, yaitu Vietnam dan Filipina, bakal menjadi sasaran investor properti internasional.
"Negara-negara Vietnam, Indonesia, dan Filipina adalah pasar yang sedang bertumbuh secara pesat di dunia berdasarkan prospek perekonomian dan demografi mereka," katanya.
Ia memaparkan perekonomian ketiga negara tersebut memiliki populasi total hampr mencapai 430 juta jiwa, dan memiliki pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga rata-rata sebesar 6--7 persen setiap tahunnya pada periode 2008--2013.
Apalagi, dianggap sebagai satu negara, menurut dia, ketiga negara tersebut akan menduduki posisi ke-12 negara dengan tingkat perekonomian yang terbesar dengan perkiraan PDB yang secara total mencapa 1,8 triliun dolar AS pada tahun 2014.
"Dengan tingkat risiko yang relatif terkontrol, kondisi VIP siap untuk pertumbuhan ekonomi yang cepat dan akan membuat PDB total mereka mencapai 5 triliun dolar AS pada tahun 2025," tuturnya.
Sementara itu, Managing Director Cushman & Wakefield Asia Pacific Sigrid Zialcita mengatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang menawarkan prospek investasi yang menarik.
Selain itu, ujar Sigrid Zialcita, Indonesia juga termasuk negara yang dinilai bakal membentuk kelompok konsumen yang berdaya beli tinggi.
"Kami percaya modal asing akan terus masuk untuk mendapatkan keuntungan dari adanya kecenderungan fondasi yang kuat, khususnya potensi tingkat pengembalian yang tinggi," ucap Sigrid.
Sebelumnya, lembaga swadaya masyarakat Indonesia Property Watch memperkirakan pasar properti di Tanah Air bakal melambat sampai akhir tahun 2014 karena pasar dinilai masih mencari titik keseimbangan baru.
"Sampai akhir tahun 2014 diperkirakan pasar akan mengalami perlambatan meski proses transisi ke pemerintahan baru relatif berjalan lancar," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, Senin (13/10).
Menurut Ali, perlambatan tersebut dinilai lebih karena pasar perumahan saat ini masih mencari bentuk keseimbangan baru, terutama setelah terjadi percepatan pasar properti yang signifikan dua tahun terakhir.
Ia mengingatkan kenaikan harga tanah yang terjadi dalam dua sampai tiga tahun belakangan membuat para pengembang nisbi "terjebak" dengan patokan harga yang sudah tinggi.
Selain itu, Indonesia Property Watch mengatakan sektor properti di Indonesia bagian timur telah melaju pesat mengejar wilayah barat, khususnya dalam bidang pembangunan properti bisnis.
"Di Indonesia bagian timur ternyata malah menunjukkan perkembangan yang cukup baik mengejar ketinggalannya setelah perkembangan properti wilayah barat sempat melejit," kata Direktur Indonesia Property Watch Ali Tranghanda.
Menurut Ali Tranghanda, pesatnya perkembangan properti itu misalnya di Surabaya (Jawa Timur) dan Makassar (Sulawesi Selatan) yang masih berpeluang untuk sektor komersial.
Namun, ketika sebuah wilayah mempunyai potensi, menurut dia, biasanya fenomena latah akan kembali muncul dengan banyaknya investor yang ikut masuk ke sektor yang sama di wilayah yang sama.
"Waspada akan batasan limitasi pasar seharusnya menjadi pertimbangan sehingga pasar properti lebih sehat dan solid," katanya. (Ant)
Foto: SY
Komentar Penulis :
Di Era pemerintahan Bapak Jokowi seperti harapan baru untuk Indonesia. Dengan segala prestasi yg beliau dapatkan membuat rakyat Indonesia memiliki harapan baru dalam perkembangan Indonesia khususnya ekonomi dan bisnis. Begitupun dibidang properti yang sangat optimis bisnis mereka akan berkembang. Hal tersebut didukung oleh dengan kepercayaan terhadap Jokowi dengan wacana reformasi di berbagai sektor dan regulasi yang diyakini dapat memajukan properti nasional. Adanya wacana kepemilikan asing, misalnya, dinilai dapat memberikan peluang pasar properti Indonesia bersaing dengan properti di tingkat kawasan regional. Dan Pak Jokowi sendiri juga memiliki bisnis di bidang properti yang membuat para pebisnis properti semakin optimis dengan bisnis mereka.
sumber artikel :
No comments:
Post a Comment